Jumat, 03 Februari 2012

Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan


BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tujuan pendidikan Nasional, bahkan merupakan unsure mutlak dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Pendidikan Agama pada tiap lembaga pendidikan di Negara kita amat penting peranannya. Dengan demikian dapat diharapkan akan terbentuk manusia yang utuh, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhannya, manusia yang berkeseimbangan lahir dan batin, manusia yang berbudi pekerti luhur dan berakhalak karimah sebab yang demikian itu adalah tuntunan Al-Quran dan hadits sebagai standarnya makhluk manusia di bumi ini. Untuk meraih kehidupan didunia dan akhirat yang seimbang. Seperti surat Al-Bara`ah : 122, yang artinya sebagai berikut :
“ Mengapa tidak pula berangkat satu rombongan dari tiap-tiap golongan itu untuk mempelajari perkara Agama agar mereka dapat memeberikan peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepada mereka. Semoga mereka berhati-hati (menjaga dengkinya)”.


















Hadits Tentang Menuntut Ilmu – 2
( lebih utama dari ABID )



“Dari riwayat Ibn. `Abbas, la berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang yang mendalami ilmu ( fiqih ) jauh lebih berat menurut syetan ( untuk di goda ) di bandingkan dengan seribu abid ( orang yang melakukan ritual semata )”.
Inti hadits di atas adalah :
1.        Ilmu adalah kunci seseorang untuk tetap eksis menghadapi kehidupan dunia ini serta untuk meraih sukses akhiratnya.
2.        Demikian pentingnya ilmu sehingga Al-Quran pun menyatakan bahwa orang yang beriman plus berilmu setingkat, lebih tinggi derajatnya dari orang yang hanya beriman tanpa ilmu.
3.        Hadits di atas ini pula memberikan dorongan kepada umat islam untuk berilmu, sebab orang yang berilmu jauh lebih berat untuk digoda syetan dibandingkan orang yang beribadah dengan perbandingan yang cukup besar.
Sebab dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.


Artinya : “ Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah ( Al-Quran ), maka pahalanya lebih baik pada ibadat satu tahun”.
Dalam hadits lain di nyatakan :
“Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.( H.R. Tirmidzi)
Dang mengapa pula menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibdat? Karena amal ibdah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan sia-sialah amalnya.
Hubungan hadits tersebut dengan agama dan aqidah :
1.        Didalam agama islam, aqidah dalam agama islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah, ucapan dalam islam dalam bentuk kalimat syahadad, yaitu menyatakan ; tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Alla, perbuatan dengan amal shaleh. Aqidah demikian itu mengandung arti bahwa orang beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan sekedar di mulut, serta perbuatan saja, melainkan secara keseluruhan menggambarkan Iman kepada Allah, yakni tidak ada niat ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang beriman itu kecuali yang sejalan dengan kehendak Allah aqidah dalam agama ( Islam ) selanjutnya harus berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan manusia sehingga aktivitas tersebut bernilai ibadah.
Tentang pentingnya iman dan ilmu pengetahuan islam memberikan konsep bahwa orang akan memperoleh derajat yang tinggi apabila ia beriman kepada Allah dan berilmu pengetahuan. Secara filosofis dengan menggunakan Metode Analisis Konsep tersebut. Secara imperis dengan berbagai metode ke ilmuan akan dapat di buktikan bahwa tanpa kedua unsure tersebut (iman dan ilmu) seseorang akan rendah derajat hidupnya. Maksud dari Hadits di atas adalah sebagai tambahan bai orang-orang yang hendak member kebahagiaan di dunia dan akhirat juga meliputi tuntunan akhlak. Allah SWT menurunkan al-Quran itu, gunanya untuk dijadikan dasar hokum, dan disampaikan kepada umat manusia untuk di amalkan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan Nya. (Q.S.Az-Zukruf : 43) yang artinya : “Maha berpeganglah kepada apa yang di wahyukan kepada Mu”.
2.        Social Humaniora
Sebagamana ilmu social juga lebih banyak melibatkan aspek nilai-nilai normative dalam penyususnan konsep terintik, analisis dan kesimpulannya. Hal ini sesuai dengan pengertian “ Humaniora” itu sendiri, yaitu seperangkat sikap dan perilaku moral manusia terhadap sesamanya.
3.        Sain dan Teknologi
Tuntutan agama islam pada khususnya, sejak awal penyebarannya di dunia ini adalah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat secara simultan. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukrawiyah tak boleh dipisahkan, nilai ukur menjadi etos kerja yang terintergrasi, yang satu sama lain saling berkaitan secara kontinu, termasuk etos ilmiyah yang mendorong kea rah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos ilmiyah dikalangan masyarakat dunia islam pada masa keemasan dan abad VIII M sampai abad XIV M, di kawasan timur-tengah Afrika Utara, spanyol (islam) di bawah bendera Banui Umayah dan Bani Abbasyiyah, di Timur Tengah di kawasan Irak. Benar-benar mampu mendorong kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu dan teknologi sehingga peradapan islam menampakkan karakteristiknya dalam konfigurasi yang islami islami yang rentangnya yang luas.
Etos ilmiah dan kerja keras tersebut mendapatkan motivasi dari kandungan ayat-ayat suci Al-Quran dan sunah Nabi SAW. Sumber mitivasi dari Al-Quran, jika kita pelajari secara mendalam surat Al-Imron, S. Saba` dan surat Ar-Rahman dan sebagainya, maka dapat kita temukan perintah atau ajakan Allah untuk berfikir secara kritis analisis dan sintesis tentang ciptaan Allah di langit dan kawasan planet dengan kandungan isi kekayaannya. Berfikir atau memikirkan tentang fenomena ciptaan Allaj tersebut harus dibarengi dengan dzikir kepada Nya (Q.S. Al Imran :190-191). Disamping itu, jika kita pahami ayat-ayat dalam surat saba` maka akan kita temui, bahwa Allah memberkan kemampuan kepada Nabi Daud tentang teknik mengecor besi (Q. S. saba`: 10) dan teknik membuat baju besi dengan ukuran orangannya yang digunakan berperang melawan jalut dan takut yang lalim (Q. S. Saba` : 10)
Begitu pula Allah telah memberikan teknologi kepada Nabi Sulaiman untuk menakhlukkan angin, hingga ia mampu menempuh perjalanan yang melebihi kecepatan. Begitu pula Allah telah memberikan pengetahuan kepada sulaiman untuk mencairkan tembaga serta menakhlukkan jin untuk mengerjakan bangunan-bangunan gedung pencakar langit membuat patung dan jembangan-jembangan besar serta periuk-periuk besar di atas tungku ukuran besar (Q. S. Saba` : 12-13).
Ada kalanya suatu bukti bahwa Al_quran secara nyata memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan teknologi bangunan dari besi tembaga. Serta teknologi transportasi yang mampu melaju dengan kecepatan tinggi, yang sekarang diwujudkan dengan menjadi pesawat terbang supersonic, dan pesawat ruang angkasa, dan sebagainya. Bahkan Tuhan pun telah menunjukkan, bahwa teknolgi mengatur ekosistem yang serta indah dan nyaman bagi pemulihan manusia. Seperti yang pernah di ciptakan oleh Saba`, dalam mengatur pertanian di lingkungan pemukiman mereka. (QS. Saba`:15).
Dalam surat-surat Al-anam : 99 dan Qaaf : 9, Abasa : 26-27, Al-Baqarah : 226, An-Nahl : 15 dan sebagainya. Surat Qaaf :9-11, untuk Botawi, surat Fathir : 11 dan yasin : 36 dan surat Ar-Rahman : 33. Untuk teknologui ruang angkasa. Menurut Prof. Fazlurrohman Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sumber ilmiah di kembangkan menjadi 27 sains ilmu dan teknologi dasar (baca Quranie Science Fazlurrahman 1980) BUCAILLE salah seorang dkter bedah Prancis dalam buku karyanya LA BIBLE LA CORANT ET LA SCENCE. Menyimpulkan bahwa kitab suci al-quran mengajak kita untuk memperdalam fenomena alam dengan perincian yang menerangkan hal-hal secara pasti cocok dengan sains modern. Hal-hal serupa karena tidak dapat dalam kitab Yahudi dan Kristen.
Dalam konteks di atas islam di tafsirkan sangan Humanis dan memiliki solidaritas tinggi dalam kesetaraan hidup yang nyata. Karena itu, pentingnya, social Humaniora, Sains dan teknologi allah memberikan mujizatnya yang berupa Al-quran yang di dalamnya memuat tentang sumber ilmu untuk di jadikan standarnya bagi orang-orang yang berfikir dan beriman.
 

Kapita Selekta Pendidikan. Drs. H. Djamaludin.

























Bahan bacaan
1.        Al-quran berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan.
Karena akal itu merupakan alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu itu merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan manusia, maka islam memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya.
·         Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan atau infuisi. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan tentang sesuatu yang di ketahui itu.
Sebagai mahkluk berakal. Manusia mengamati sesuatu. Hasil pengamatan itu di olah sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu di rumuskannya ilmu baru yang akan digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh diluar kemampuan fisiknya, demikian banyak hasil kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat manusia dapat hidup menguasai ala ini.
Umat islam, untuk mempertahankan kemulyaannya, diperintahka untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas selama hayat di kandung badan. Prinsip belajar selama hidup ini merupakan ajaran islam yang penting. Karena mereka yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda dalam pandangan islam.
2.        Penafsiran-penafsiran Kontemporer
Factor terbesar yang membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu, ia dapat hidup senang dan tentram karena memiliki ilmu dan menggunakan ilmunya, ia dapat menguasai ala mini dengan ilmunya, dan taqwanya dapat menigkat dengan ilmu juga.
Demikianlah, manusia itu mulia dalam pandangan Allah karena iman dan ilmunya dan dengan dasar berilmu itu manusia menjad mulia di dalam alam.
 

Ket : Ilmu Pendidikan Islam. Dr. Zabiah Drajat, Dkk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar