BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
tujuan pendidikan Nasional, bahkan merupakan unsure mutlak dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Pendidikan Agama pada
tiap lembaga pendidikan di Negara kita amat penting peranannya. Dengan demikian
dapat diharapkan akan terbentuk manusia yang utuh, yaitu manusia yang bertaqwa
kepada Tuhannya, manusia yang berkeseimbangan lahir dan batin, manusia yang
berbudi pekerti luhur dan berakhalak karimah sebab yang demikian itu adalah
tuntunan Al-Quran dan hadits sebagai standarnya makhluk manusia di bumi ini.
Untuk meraih kehidupan didunia dan akhirat yang seimbang. Seperti surat Al-Bara`ah
: 122, yang artinya sebagai berikut :
“ Mengapa tidak pula berangkat satu rombongan dari
tiap-tiap golongan itu untuk mempelajari perkara Agama agar mereka dapat
memeberikan peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepada mereka.
Semoga mereka berhati-hati (menjaga dengkinya)”.
Hadits Tentang
Menuntut Ilmu – 2
( lebih utama
dari ABID )
“Dari riwayat Ibn. `Abbas, la berkata : Rasulullah SAW
bersabda : Orang yang mendalami ilmu ( fiqih ) jauh lebih berat menurut syetan
( untuk di goda ) di bandingkan dengan seribu abid ( orang yang melakukan
ritual semata )”.
Inti hadits di atas adalah :
1.
Ilmu adalah kunci seseorang untuk tetap eksis
menghadapi kehidupan dunia ini serta untuk meraih sukses akhiratnya.
2.
Demikian pentingnya ilmu sehingga Al-Quran pun
menyatakan bahwa orang yang beriman plus berilmu setingkat, lebih tinggi
derajatnya dari orang yang hanya beriman tanpa ilmu.
3.
Hadits di atas ini pula memberikan dorongan kepada
umat islam untuk berilmu, sebab orang yang berilmu jauh lebih berat untuk
digoda syetan dibandingkan orang yang beribadah dengan perbandingan yang cukup
besar.
Sebab
dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan
pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
Artinya : “ Sungguh
sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian
mempelajari satu ayat dari kitab Allah ( Al-Quran ), maka pahalanya lebih baik
pada ibadat satu tahun”.
Dalam
hadits lain di nyatakan :
“Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia
telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga
ia sampai pulang kembali”.( H.R. Tirmidzi)
Dang
mengapa pula menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibdat?
Karena amal ibdah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu
akan sia-sialah amalnya.
Hubungan
hadits tersebut dengan agama dan aqidah :
1.
Didalam agama islam, aqidah dalam agama islam meliputi
keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah, ucapan
dalam islam dalam bentuk kalimat syahadad, yaitu menyatakan ; tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Alla, perbuatan dengan
amal shaleh. Aqidah demikian itu mengandung arti bahwa orang beriman tidak ada
rasa dalam hati, atau ucapan sekedar di mulut, serta perbuatan saja, melainkan
secara keseluruhan menggambarkan Iman kepada Allah, yakni tidak ada niat ucapan
dan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang beriman itu kecuali yang sejalan
dengan kehendak Allah aqidah dalam agama ( Islam ) selanjutnya harus
berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan manusia sehingga aktivitas
tersebut bernilai ibadah.
Tentang pentingnya iman dan
ilmu pengetahuan islam memberikan konsep bahwa orang akan memperoleh derajat
yang tinggi apabila ia beriman kepada Allah dan berilmu pengetahuan. Secara
filosofis dengan menggunakan Metode Analisis Konsep tersebut. Secara imperis
dengan berbagai metode ke ilmuan akan dapat di buktikan bahwa tanpa kedua
unsure tersebut (iman dan ilmu) seseorang akan rendah derajat hidupnya. Maksud
dari Hadits di atas adalah sebagai tambahan bai orang-orang yang hendak member
kebahagiaan di dunia dan akhirat juga meliputi tuntunan akhlak. Allah SWT
menurunkan al-Quran itu, gunanya untuk dijadikan dasar hokum, dan disampaikan
kepada umat manusia untuk di amalkan segala perintah-Nya dan meninggalkan
segala larangan Nya. (Q.S.Az-Zukruf : 43) yang artinya : “Maha berpeganglah
kepada apa yang di wahyukan kepada Mu”.
2.
Social Humaniora
Sebagamana ilmu social juga lebih banyak melibatkan
aspek nilai-nilai normative dalam penyususnan konsep terintik, analisis dan
kesimpulannya. Hal ini sesuai dengan pengertian “ Humaniora” itu sendiri, yaitu
seperangkat sikap dan perilaku moral manusia terhadap sesamanya.
3.
Sain dan Teknologi
Tuntutan agama islam pada khususnya, sejak awal
penyebarannya di dunia ini adalah mengajak dan mendorong umat manusia agar
bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat
secara simultan. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukrawiyah tak boleh
dipisahkan, nilai ukur menjadi etos kerja yang terintergrasi, yang satu sama
lain saling berkaitan secara kontinu, termasuk etos ilmiyah yang mendorong kea
rah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos ilmiyah dikalangan masyarakat dunia islam pada
masa keemasan dan abad VIII M sampai abad XIV M, di kawasan timur-tengah Afrika
Utara, spanyol (islam) di bawah bendera Banui Umayah dan Bani Abbasyiyah, di
Timur Tengah di kawasan Irak. Benar-benar mampu mendorong kemajuan dalam bidang
filsafat, ilmu dan teknologi sehingga peradapan islam menampakkan
karakteristiknya dalam konfigurasi yang islami islami yang rentangnya yang
luas.
Etos ilmiah dan kerja keras tersebut mendapatkan
motivasi dari kandungan ayat-ayat suci Al-Quran dan sunah Nabi SAW. Sumber
mitivasi dari Al-Quran, jika kita pelajari secara mendalam surat Al-Imron, S.
Saba` dan surat Ar-Rahman dan sebagainya, maka dapat kita temukan perintah atau
ajakan Allah untuk berfikir secara kritis analisis dan sintesis tentang ciptaan
Allah di langit dan kawasan planet dengan kandungan isi kekayaannya. Berfikir
atau memikirkan tentang fenomena ciptaan Allaj tersebut harus dibarengi dengan
dzikir kepada Nya (Q.S. Al Imran :190-191). Disamping itu, jika kita pahami
ayat-ayat dalam surat saba` maka akan kita temui, bahwa Allah memberkan
kemampuan kepada Nabi Daud tentang teknik mengecor besi (Q. S. saba`: 10) dan
teknik membuat baju besi dengan ukuran orangannya yang digunakan berperang
melawan jalut dan takut yang lalim (Q. S. Saba` : 10)
Begitu pula Allah telah memberikan teknologi kepada
Nabi Sulaiman untuk menakhlukkan angin, hingga ia mampu menempuh perjalanan
yang melebihi kecepatan. Begitu pula Allah telah memberikan pengetahuan kepada
sulaiman untuk mencairkan tembaga serta menakhlukkan jin untuk mengerjakan
bangunan-bangunan gedung pencakar langit membuat patung dan jembangan-jembangan
besar serta periuk-periuk besar di atas tungku ukuran besar (Q. S. Saba` :
12-13).
Ada kalanya suatu bukti bahwa Al_quran secara nyata
memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan
teknologi bangunan dari besi tembaga. Serta teknologi transportasi yang mampu
melaju dengan kecepatan tinggi, yang sekarang diwujudkan dengan menjadi pesawat
terbang supersonic, dan pesawat ruang angkasa, dan sebagainya. Bahkan Tuhan pun
telah menunjukkan, bahwa teknolgi mengatur ekosistem yang serta indah dan
nyaman bagi pemulihan manusia. Seperti yang pernah di ciptakan oleh Saba`,
dalam mengatur pertanian di lingkungan pemukiman mereka. (QS. Saba`:15).
Dalam surat-surat Al-anam : 99 dan Qaaf : 9, Abasa :
26-27, Al-Baqarah : 226, An-Nahl : 15 dan sebagainya. Surat Qaaf :9-11, untuk
Botawi, surat Fathir : 11 dan yasin : 36 dan surat Ar-Rahman : 33. Untuk
teknologui ruang angkasa. Menurut Prof. Fazlurrohman Al-Quran adalah sumber
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sumber ilmiah di kembangkan menjadi 27
sains ilmu dan teknologi dasar (baca Quranie Science Fazlurrahman 1980)
BUCAILLE salah seorang dkter bedah Prancis dalam buku karyanya LA BIBLE LA CORANT
ET LA SCENCE. Menyimpulkan bahwa kitab suci al-quran mengajak kita untuk
memperdalam fenomena alam dengan perincian yang menerangkan hal-hal secara
pasti cocok dengan sains modern. Hal-hal serupa karena tidak dapat dalam kitab
Yahudi dan Kristen.
Dalam
konteks di atas islam di tafsirkan sangan Humanis dan memiliki solidaritas
tinggi dalam kesetaraan hidup yang nyata. Karena itu, pentingnya, social
Humaniora, Sains dan teknologi allah memberikan mujizatnya yang berupa Al-quran
yang di dalamnya memuat tentang sumber ilmu untuk di jadikan standarnya bagi
orang-orang yang berfikir dan beriman.
Kapita Selekta Pendidikan.
Drs. H. Djamaludin.
Bahan bacaan
1.
Al-quran berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan.
Karena akal itu merupakan alat untuk menuntut ilmu,
dan ilmu itu merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan manusia, maka islam
memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi juga
ilmu-ilmu lainnya.
·
Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia
melalui pengalaman, informasi, perasaan atau infuisi. Ilmu pengetahuan
merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan tentang sesuatu yang di
ketahui itu.
Sebagai mahkluk berakal. Manusia mengamati sesuatu.
Hasil pengamatan itu di olah sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Dengan ilmu
pengetahuan itu di rumuskannya ilmu baru yang akan digunakannya dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh diluar kemampuan fisiknya,
demikian banyak hasil kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat manusia dapat
hidup menguasai ala ini.
Umat islam, untuk mempertahankan kemulyaannya,
diperintahka untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas selama hayat
di kandung badan. Prinsip belajar selama hidup ini merupakan ajaran islam yang
penting. Karena mereka yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda dalam
pandangan islam.
2.
Penafsiran-penafsiran Kontemporer
Factor terbesar yang membuat makhluk manusia itu mulia
adalah karena ia berilmu, ia dapat hidup senang dan tentram karena memiliki
ilmu dan menggunakan ilmunya, ia dapat menguasai ala mini dengan ilmunya, dan
taqwanya dapat menigkat dengan ilmu juga.
Demikianlah, manusia itu mulia dalam pandangan Allah
karena iman dan ilmunya dan dengan dasar berilmu itu manusia menjad mulia di
dalam alam.
Ket : Ilmu Pendidikan Islam.
Dr. Zabiah Drajat, Dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar