ETIKA BERKUMPUL – 1
( Memberikan Kelapangan )
.
.
.
“ Dari riwayat abu Sa`id al-Khudri,
ia berkata : aku menyimak Rasulullah SAW bersabda : Sebaik-baiknya perkumpulan
adalah yang paling luas (yang melapangkan) setiap anggota majlis /
perkumpulan”.
ETIKA BERKUMPUL – 2
( Amanah dan haq )
.
.
“Dari riwayat Jabir bin `Abdillah, ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : Perkumpulan-perkumpulan itu (masih dalam
koridor) amanah kecuali 3 perkumpulan-perkumpulan, yaitu perkumpulan yang
didalamnya ditumpahkan darah yang diharamkan (pembunuhan), perkumpulan yang
didalamnya dihalalkan kemaluan yang diharamkan (perzinaan), perkumpulan yang
didalamnya dihalalkan harta yang bukan menjadi haknya (perampasan, pencurian)
Ia adalah majelis dzikir, mihrabnya ibadah, menaranya
pengajaran ilmu dan pengetahuan pokok-pokok syari’at. Bahkan ia merupakan
lembaga pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan di
dalam Islam.
Mengenai keutamaan masjid dan keagungan kedudukannya, maka terdapat banyak teks-teks agama (an-nushush) mengenai hal tersebut, diantaranya adalah :
Mengenai keutamaan masjid dan keagungan kedudukannya, maka terdapat banyak teks-teks agama (an-nushush) mengenai hal tersebut, diantaranya adalah :
Firman Allah Ta’ala :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan
Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS.72:18).
Allah Subhanahu wa Ta’ala –sebagai Pemilik segala
sesuatu- menyandingkan masjid-masjid kepada-Nya. Penyandaran masjid kepada-Nya
merupakan pemuliaan dan mengagungan terhadapnya. Dan masjid bukanlah kepunyaan
siapapun, melainkan Allah semata. Sebagaimana halnya dengan ibadah yang telah
dibebankan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, maka tidaklah
diperkenankan untuk dialihkan pelaksanaannya selain kepada-Nya saja.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja
yang membangun masjid di muka bumi ini yang dilandasi dengan niat karena Allah
Ta’ala semata, maka Allah Ta’ala akan membangunkan rumah baginya di surga.
Jika masjid dikehendaki memainkan peranan-peranannya,
maka dimungkinkan untuk menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain, yang
pada akhirnya akan mewarnai kehidupan masyarakatnya, dengan celupan islami yang
pernah mewarnai komunitas masyarakat pertama di zaman Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, dan generasi awal dari kalangan para sahabat dan tabi’in
Radhiyallahu ‘Anhum dan zaman-zaman kecemerlangan Islam.
Sudah selayaknya lembaga-lembaga ini saling bekerjasama
dengan masjid di bidang penyuluhan dan pembudayaan. Dan lembaga-lembaga ini
bekerja secara menyeluruh dan terprogram rapi, sehingga menghasilkan produk
muslim yang soleh. Sesungguhnya peran masjid dalam realitasnya, merupakan
bagian integratif bersama peran-peran lembaga-lembaga lainnya di dalam
masyarakat. Dari masjidlah, lembaga-lembaga ini menjalankan
kegiatan-kegiatannya yang mengurai berbagai belitan, serta berpartisipasi dalam
merajut kehidupan masyarakat.
Sesungguhnya masjid masih tetap menjalankan peranannya
yang agung ini selama berabad-abad, dan berlangsung hingga saat ini dimana umat
Islam yang secara internal berada pada tingkatan “buih lemah yang mengapung”.
Sementara secara ekstrenal, kekuatan jahat, kezaliman secara terang-terangan
memaklumatkan permusuhan dan peperangan atas umat Islam. Peranan masjid menjadi
melemah dan terkulai, mata airnya mengering, terjadi di hampir kebanyakan
negeri-negeri Islam !!! Demikian itu disebabkan kelengahan, kedustaan dan
niat-niat buruk sebagian mereka kepada yang lainnya.
Ditengah-tengah kondisi yang terpuruk ini, dan
ditengah-tengah kelompok-kelompok yang bertujuan untuk mencukur masjid dari
misi dan tugasnya di dalam masyarakat. Ruh Islam tidak pernah pudar, bahkan ia
terus mengalir di setiap pembuluh darah dunia Islam dengan aliran yang alami
dan tenang. Lalu mendorongnya kepada Islam, dengan dorongan yang
berkesinambungan. Lalu hasil dari ini semua, terbangunnya kesadaran dan terjadinya
kebangkitan yang penuh keberkahan. Masjid mulai mempersiapkan dirinya untuk
menjalankan perannya sebagai pemandu masyarakat muslim dalam pengarahan,
pendidikan dan pembinaan. Sebagai sel-sel hidup yang mengalir dengan gerakan
dan pelayanan, untuk melaksanakan perannya dan menjalankan kewajibannya bersama
dengan lembaga-lembaga lainnya, seperti di rumah, sekolah, barak-barak militer,
dan taman-taman bermain dan lain sebagainya, dengan bahu membahu bersama-sama
di medan
penyadaran dan penyuluhan.
Masjid memiliki urgensi yang besar dan kedudukan yang
agung dalam masyarakat Islam. Al-Qur`an al-Karim telah menegaskan kedudukan
masjid dan ganjaran bagi orang yang yang menyibukkan dirinya dalam memakmurkan
masjid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah
diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu
pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.” (QS.24:36-37).
Dan firman-Nya yang lain :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. 9:18).
Sesungguhnya satu rakaat yang dilakukan kaum muslimun di
salah satu rumah Allah, dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, dapat
membenamkan ke dalam jiwa-jiwa mereka akan hakikat-hakikat kesetaraan
kemanusiaan, memunculkan rasa cinta dan persaudaraan, yang tidak dapat
dilakukan oleh berpuluh-puluh buku yang mengajak kepada kesetaraan dan
berbicara mengenai falsafah manusia teladan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai
pembangunan masyarakat islami di Madinah Munawwarah dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengikat
hati-hati kaum muslimin dalam naungannya, dengan tali persaudaraan karena
Allah. Bagi mereka, masjid merupakan sebaik-baik jaminan untuk mencapai hal
tersebut, dan merupakan kenikmatan yang paling besar dibanding
kesibukan-kesibukan dunia, dan berbagai fitnah hawa nafsu lainnya.
Sesungguhnya kaitan masjid dengan masyarakat sangatlah
kuat. Lebih dari sekedar seorang berdiri untuk mengerjakan shalat lima fardhu dalam sehari
semalam, kemudian ia mengunci pintunya setelah itu. Sehingga hubungannya menjadi
terputus dengan kaum muslimin dengan segala urusannya. Tidak, tidaklah
demikian!!! Sesungguhnya sebagai sebuah lembaga, ia memiliki pengaruh
sebagaimana yang telah kami sebutkan terhadap jiwa-jiwa manusia, dan efek yang
telah kami jelaskan dalam mendidik mereka. Sudah menjadi keharusan untuk
menjadikan kerekatan masjid terhadap situasi dan kondisi masyarakat menjadi
kerekatan yang interaktif, kokoh dan kontinue.
Masjid merupakan Media Implementasi Amal dalam rangka
mengajak kepada
Iman & Amal Soleh, Pendidikan, Pembudayaan, Pembinaan dan Penyuluhan 5
Masjid adalah institusi pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dan dia membawa kekhususan yang asasi dinisbatkan kepada masyarakat muslim. Ia merupakan sumber tolakan pertama untuk dakwah Islam, dan juga sebagai sumber mata air petunjuk Rabbani. Maka pada langitnya, menjulang tinggi dakwah kepada iman dan amal shalih. Melalui mimbarnya, diajarkan iman dan amal shalih. Di hamparan buminya yang suci, ditunaikan amal shalih. Dan ia menjadi pusat dimana prinsip jihad yang agung bergerak mengelilinginya. Juga sebagai poros dimana segala pemikiran dan perasaan menyelubung di seputarnya. Tempat pengemblengan yang memunculkan kebangkitan dan orang-orang komit yang membawa penyulut-penyulut cahaya dan hidayah, mereka menjelajahi penjuru dunia membawa sifat, aroma dan kesucian masjid.
Iman & Amal Soleh, Pendidikan, Pembudayaan, Pembinaan dan Penyuluhan 5
Masjid adalah institusi pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan dalam Islam, dan dia membawa kekhususan yang asasi dinisbatkan kepada masyarakat muslim. Ia merupakan sumber tolakan pertama untuk dakwah Islam, dan juga sebagai sumber mata air petunjuk Rabbani. Maka pada langitnya, menjulang tinggi dakwah kepada iman dan amal shalih. Melalui mimbarnya, diajarkan iman dan amal shalih. Di hamparan buminya yang suci, ditunaikan amal shalih. Dan ia menjadi pusat dimana prinsip jihad yang agung bergerak mengelilinginya. Juga sebagai poros dimana segala pemikiran dan perasaan menyelubung di seputarnya. Tempat pengemblengan yang memunculkan kebangkitan dan orang-orang komit yang membawa penyulut-penyulut cahaya dan hidayah, mereka menjelajahi penjuru dunia membawa sifat, aroma dan kesucian masjid.
Shalat Berjama’ah di Masjid & Pengaruhnya pada
Pendidikan dan Penyuluhan 6
Hal yang pasti bahwa misi masjid di dalam Islam, menjadikan prioritas pertamanya pada pembinaan ruhani. Shalat berjama’ah dan membaca al-Qur`an al-Karim merupakan aktifitas yang mendapatkan pahala yang besar dan ganjaran yang banyak
Hal yang pasti bahwa misi masjid di dalam Islam, menjadikan prioritas pertamanya pada pembinaan ruhani. Shalat berjama’ah dan membaca al-Qur`an al-Karim merupakan aktifitas yang mendapatkan pahala yang besar dan ganjaran yang banyak
Di dalam masjid, sesungguhnya kaum muslimin merasakan
persaudaran Islam (ukhuwwah al-Islam) dan komunitas penegak shalat. Masyarakat
ini dikendalikan oleh cinta, ketulusan dan keharmonisan. Mereka merupakan
masyarakat yang berusaha mencari tahu keadaan saudaranya yang tidak hadir, dan
bersikap elok terhadap yang hadir, saling membantu sebagian mereka dengan
sebagian yang lainnya. Dan pertemuan kaum muslimin ini, terjadi lima kali dalam sehari di
masjid. Jiwa-jiwa mereka mendapatkan santapan ruhani dengan al-Qur`an, dan
terbina dengan iman. Membawa mereka kepada kesabaran terhadap hal yang
menyakitkan, berjabatan tangan secara elegan, menundukkan nafsu, serta
meningkatkan keimanan dan kepasrahan mereka.
- Yang berhubungan dengan ilmu sosial
Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya sebagian besar
tenaga hukum kedokteran yaitu ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan atau pemeliharaan kesehatan dalam menjalankan profesinya seperti
dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli
rekam medik dan lain-lain.
Masing-masing disiplin ini umunnya telah mempunyai etik
profesi yang harus diamalkan anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu
institusi dalam pelayanan kesehatan juga telah mempunyai etika yang di Indonesia
terhimpun dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan
masing-masing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula
memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka
berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling berbenturan.
- Berhubungan dengan sains dan iptek
Saintis adalah seorang yang mendalami suatu pengetahuan
yang sistematis atau kemudian disebut sebagai ilmu. Ilmu bisa dianggap sebagai
sains. Apapun ilmu itu. Sehingga kemudian pada kenyataannya kita mengenal natural
science, Economic science, Social Science dan banyak
lainnya. Dalam hirarki filsafat ilmu kemudian dikenal sebagai turunan dari
filsafat. Filsafat sebagai sarana pencrian hakekat ‘sesuatu’ yang kemudian
menghasilkan pengetahuan, ketika pengetahuan tersebut telah mencapai sebuah
sistematika tertentu maka akan disebut ilmu. Kemudian sains ketika diterapkan
akan menjadi sains terapan, dan ketika menemukan bentuk praksisnya berdasarkan
rekayasa dan kemanfaatannya akan berubah menjadi teknologi. Teknologi pada
awalnya juga hanya merupakan ilmu rekayasa yang membasiskan pada dasar-dasar
yang dianut pada natural sains, namun belakangan kemudian dikenal adanya social
engineering. Asumsi bahwa natural science selalu kuantitatif dan social
science selalu kualitatif ternyata juga tidak berlaku lagi. Sehingga batas
antara eksakta dan sosial kemudian bukan berada pada metode atau konsep
filsafat ilmunya, namun berada pada jenis obyek yang diamati.
Namun, kesimpulan terakhir di atas menjadi sulit
diterapkan ketika kita melihat pada Psikologi contohnya. Seperti yang kita
tahu, saat ini ada dua aliran besar di Indonesia pada jurusan Psikologi
yang menganggap bahwa psikologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam dan
ada kelompok lain yang mengangap sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial.
Sains dan Engineering kemudian menjadi berbeda
karakteristik secara mendasar. Sains yang berkembang dalam paradigma
‘terpisahnya pengamat dari obyek’ dan ‘sains untuk sains’ sehingga yang dikejar
adalah obyektifitas sejati yang memisahkan manfaat/ kegunaan dari aktifitas
penelitian. Sedangkan Engineering berkembang dalam paradigma ‘kegunaan untuk
kehidupan manusia’ atau lebih dekat dengan filsafat pragmatisme sehingga
manusia dianggap sebagai bagian integral dari pengembangan engineering.
- Berhubungan dengan aqidah, akhlak dan syariah
Kita untuk senantiasa meningkatkan taqwa,
agar Allah Swt berkenan memberi solusi atas problem yang kita hadapi. Marilah
peningkatan taqwa ini kita jadikan sebagai agenda hidup yang utama, agar
menjadi manusia ideal menurut Islam, seperti firman-Nya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di hadapan
Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesung- guhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Al-Hujurat, 49:13)
Di zaman kita sekarang ini, sedikit orang
yang menjadi kan
taqwa sebagai pola hidupnya, yaitu menjalani hidup di bawah naungan syari’at
Allah. Kebanyakan umat Islam adalah ‘Muslim Otodidak’ yang mengamalkan Islam
menurut pemahaman dan penghayatan pribadinya, sehingga adakalanya benar dan
lebih sering keliru mema hami dan mengamalkan perintah taqwallah.
Sebagai manifestasi pola hidup taqwa, Islam
mengajar- kan
supaya manusia menjalani kehidupan berdasarkan petunjuk Allah. Dan mengikuti
petunjuk Allah berarti menjalani kehidupan ini sebagai hamba Allah,
menyembah-Nya sesuai dengan yang diperintahkan-Nya, serta melaksa- nakan
syari’at Islam agar tercapai missi rahmatan lil alamin.
Prinsip utama beragama Islam adalah memiliki
aqidah yang lurus tanpa dicampuri kesyirikan, ibadah yang benar, akhlak yang
terpuji, dan muamalah (hubungan sosial) yang baik. Adapun pilar-pilar aqidah
meliputi iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhirat, dan takdir, yang kita kenal dengan rukun iman. Ibadah yang benar
adalah ibadah yang didasarkan atas perintah Allah, bukan karena bisikan jin
atau berdasarkan wangsit juru kunci merapi. Sedangkan prinsip akhlak dan
muamalah yang baik mengikuti tauladan rasulullah Saw.
Beriman kepada rukun iman yang enam,
menuntut pengakuan terhadap satu-satunya agama yang benar, adalah Islam. Oleh
karena itu, dalam segala urusan, orang berimana tidak pantas mengikuti gaya hidup orang kafir,
sekuler, liberal, yang tidak mengimani rukun iman itu. Tidak pantas bagi orang
beriman mengikuti jalan hidup yang ditunjukkan oleh kaum sesat dan dimurkai
Allah seperti Yahudi, Nasrani serta orang-orang musyrik. Lebih
tidak pantas lagi, ketika rakyat Indonesia ditimpa musibah tsunami, gempa dan
gunung berapi, anggota DPR RI malah ngelencer ke Belanda, belajar hukum
kolonial pada mantan penjajah. Atau belajar etika dan moral, ke negeri Plato
Yunani, sekadar menghabiskan anggaran belanja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar